Mar 6, 2013

bosannya mendengar cerita kakek

malam ini, setelah memikirkan presentasi untuk kuliah besok hari dan 'bocor'nya harga tiket Chelsea FC saat akan menghampiri Indonesia pada bulan Juli nanti, gue tiba-tiba kepikiran kakek gue.
ah mungkin nggak terlalu bisa dibilang tiba-tiba sih, semuanya diakibatkan karena membaca tulisan @zenrs tentang almarhumah neneknya disini.

jika mengingat kakek, hal yang gue ingat itu pasti tentang bagaimana cara gue memahami dan tetap tahan mendengar cerita-cerita beliau.  setiap bertemu, pasti beliau selalu bercerita banyak hal. mulai dari kisah bagaimana dirinya melawan penjajah dahulu, atau bagaimana kehidupan beliau saat awal-awal menikah dengan nenek, atau pula beliau menceritakan kisah lain, seperti kisah-kisah religius ataupun yang bersifat nasionalis. kakek selalu bercerita dengan halus. selain suaranya yang memang halus (atau volumenya yang kecil), beliau pun memakai bahasa sunda yang halus, agak sulit buat gue untuk memahami cerita beliau. maka saat gue sudah mengeluarkan ekspresi bingung atau senyum-senyum tidak mengerti, kakek pun akan segera membantu dengan berbicara dengan menggunakan bahasa indonesia.
selagi menemaninya bercerita, selain berusaha menahan bosan dan kantuk, gue selalu membayangkan mengapa beliau sangat suka bercerita, lalu setelah itu pun gue teringat kalau bukan hanya beliau, tetapi memang hampir semua manula gemar untuk bercerita. sudah banyak cerita kakek yang gue dengar, tapi gue masih tetap nggak tahu jawabannya.

sampai akhirnya gue pun (hampir) mendapatkan jawaban itu, iya, setelah membaca tulisan @zenrs yang tadi.
"Kesetiaan dan ketabahannya melewati 104 tahun kehidupan akhirnya menjadi satu-satunya kualitas yang masih tersisa dirinya. Menjelang kematiannya yang damai itu, nenek makin kehilangan kontak dengan dunia di sekitarnya. Tingkah lakunya makin sukar dimengerti dan tema-tema yang dibicarakannya kian susah diikuti. Apa yang kami lakukan dan bicarakan sama sekali tak bisa menarik perhatiannya. Dunia seperti mengempis secara konstan dengan kecepatan yang tak bisa diperlambat sehingga yang tersisa hanyalah masa lalu dan ingatan yang sayangnya sudah tak sanggup lagi ia kisahkan.
Tak pernah bisa kubayangkan sebuah riwayat yang penuh dengan cerita dan peristiwa harus tersimpan selamanya dalam ingatan yang tak bisa disalurkan. Ingatan itu lalu akan menua, mengeriput, lalu membusuk. Bahkan jika ada orang yang tetap muda dan belia di usia 100 tahun sekali pun, aku percaya bahwa ingatan yang tak bisa dikisahkan akan membuatnya membusuk dengan perlahan."

dua paragraf ini lah yang membuat gue tahu bahwa kakek hanya ingin ingatannya terus hidup, semua cerita dan pengalaman hidupnya terus ada, tidak mati dan hilang ditelan waktu.
sungguh, gue merinding membayangkannya. coba saja kalian bayangkan bagaimana sedih dan takutnya diri kita jika kemampuan mengingat sudah menurun, atau bahkan hilang. tidak ada masa lalu, tidak ada lagi bayangan diri kita dahulu, atau bahkan seperti yang diceritakan di tulisan tadi, saat almarhumah nenek lupa tentang rumput gajah kesayangan suaminya. bisakah kalian bayangkan perasaan kalian saat kalian lupa (atau bahkan merusak) 'benda' kesayangan pasangan hidupmu yang sudah menemani hidup berpuluh-puluh tahun lamanya?

gue merenung. lama sekali..
lalu kemudian gue merasa rindu sekali dengan kakek. 
dan tidak seperti biasanya, kini gue berharap Idul Fitri tahun ini datang lebih cepat.